Haji Dayat, sapaannya, kini menjadi pemilik maskapai perintis di Bumi Cenderawasih.
Menjadi pilot dan memiliki pesawat terbang bukanlah mimpi bagi pria usia 45 tahun ini.Awal dekade 1990-an dia masih jadi kondektur bus di Makassar.
Awal dekade 2000-an, Wagus masih jualan bensin botolan di Wamena, pegunungan tengah Papua.Namun, sebuah "peristiwa di Papua” mulai mengubah nasibnya.
Tiga tahun terakhir, Presiden Direktur SAM Air, coba ‘merintis jejak’ Susi Pudjiastuti, pemilik Susi Air.Enam pesawat terbang jenis propeller-nya kini meladeni charter flight, layanan penerbangan tak terjadwal di Papua.
“Aamiin, saya belum ada apa-apanya dibanding Ibu Susi,” ujar Wagus, merespon identifikasi jejak kariernya yang mirip mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (2014-2019) itu.
Sejak awal tahun 2021 ini, dia dapat mandat dari pemerintah untuk melayani penerbangan terjadwal di 10 bandara perintis di gugus Kepulauan Maluku.
Pria kelahiran Wamena, Papua, 16 Agustus 1975 ini berharap, kepercayaan dari pemerintah menggarap penerbangan perintis di timur Indonesia menjadi ajang pembelajaran baru di bisnis aviasi ini.
Wagus meyakini, kerja keras, kemauan belajar, jujur, dan menanam benih kebaikan ke orang sekitar adalah jembatan sukses.
“Saya ini pernah dagang sirih pinang di Wamena, jual bensin botolan di Puncak Jaya, bahkan jadi kondektur bus di Makassar,” ujar Ketua Badan Pengurus Cabang Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Jayapura, di kedai kopi, Jl Fleteweu, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (22/6/2021) .
Meski sudah memiliki enam pesawat propeller dan jadi anggota DPRD, hidup Haji Wagus tetap riang, mengalir, dan tetap bergaul dengan orang kebanyakan.
Dia tetap berpenampilan sederhana.
Bahkan saat bertemu dengan Tribun, dia mengenakan sandal jepit dan polo shirt.
Kegemarannya minum kopi di warkop.“Kalo pas ada waktu, ayo sudah minum kopi,” ujarnya.
Baginya, mengenalkan teman ke teman lainnya adalah cara awal membangun jejaring kebaikan.
Di sela-sela perbincangan santai ala kedai kopi itu, Haji Dayat, -sapaan akrabnya.
“Sini saya kenalkan dengan pelanggan warkop, Pak Budi,” ujarnya akrab seraya menunjuk pria paruh baya.
Ternyata kenalan yang ia sebut ‘pelanggan warkop’ adalah perwira tinggi TNI-AU.
Namanya Marsekal Pertama (Marsma) TNI Dr Budhi Achmadi, Komandan Pangkalan Udara Sentani.
Ini difasilitasi M .Ansyar HK (31), salah seorang guru mengaji pada Taman Pendidikan Quran (TPQ) Haqura di kawasan Pasar Lama Sentani, Jayapura.
Ansyar juga seorang imam Masjid di sebuah kompleks perumahan urban di Kelurahan Dobonsolo, Sentani.
“Adik Ansyar inilah yang kasih duduk saya jadi di DPRD tapi tidak pakai uang bayar-bayar,” ujar Dayat yang berdarah Bugis Sidrap tersenyum.(*)
Posting Komentar untuk "H. Wagus Mantan Kondektur Mobil Bus Miliki Pesawat Terbang Enam Buah di Papua"