BALOCCI, LEGENDA DARI KAKI GUNUNG BULUSARAUNG

      Oleh: Ramli S. Nawi

BALOCCI, sebuah lembah nan indah yang dikelilingi pegunungan batu gamping yang konon bahan baku marmer sekelas marmer Italia.

Disitu aku dilahirkan, diasuh oleh ibuku dan dibesarkan yang kemudian disekolahkan. Balocci, sebuah cerita panjang dalam hidupku yang banyak melahirkan suka dan duka yang tidak pernah lekang dari ingatan.

Balocci, adalah tambang sekaligus lumbung pangan bagi penduduk. Penduduknya senantiasa diliputi keriangan disaat padi - padi mereka mulai mengunin.

Balocci, sebuah legenda kehidupan yang terus menerus hidup dan menjadi cerita panjang di masyarakat. 

Era terus saja berganti membuai penduduk ikut larut diseret dengan evoria berlebihan dan sesaat yang melahirkan kehampaan.

Bukit - bukit tanah dikuras habis kemudian dibawa pergi dengan menggunakan mobil truk.Orang - orang berduit datang bukan untuk membangun, tetapi datang menguras isi perut bumi Balocci.

Onggakan tanah merah yang tidak berguna adalah suatu bukti adanya keserakahan dari orang - orang yang tidak peduli lingkungan.

Balocci sebuah legenda yang tidak pernah pupus dari masa kemasa.Di Balocci inilah  pertama kali hadirnya industri semen yang bernama Semen Tonasa.

Tonasapun menjadi cerita suram setelah sekianpuluh tahun menguras perut bumi untuk dijadikan semen, tetapi itu untuk siapa? Kemudian  dimatikan karena dianggap sudah tidak ekonomis.

Kini tinggalah ronsokon besi tua yang tidak berarti apa - apa dan penduduk tidak memperoleh sesuatu yang menguntungkan hanyalah rasa kebanggaan yang tidak ada guna bagi mereka.

Balocci, adalah tanah kelahiranku yang menyisakan banyak cerita dan kenangan untuk generasi yang akan datang kemudian.

Tetapi apalah arti semua itu kalau yang dirasakan hanyalah kekecewaan yang menyesakan dada.

Tentang penulis.

Memulai menulis ketika masih menetap di Balocci. Menulis puisi tentang alam, cinta dan lingkungan. Menulis cerpen, esay yang dimuat dimedia lokal dan nasional.

 Menulis biografi jurnalistik tentang pengalaman selama menjadi wartawa. Pertama bekerja di surat kabar Inti Jaya Jakarta. Menulis novel yang berjudul Surat Untuk Maria. Dan masih banyak buku - buku lainnya. 

Menjadi korespondesi dengan Radio Nederland Helversiun di Belanda dan juga Radio Duachewile Jerman. Menulis seknario film dokumenter tentang lingkungan dan seknario dokumenter lainnya.

 Kini bermukim di Makassar, tetapi sesering mungkin pulang kekampung halaman Balocci, untuk menikmati air bening yang mengalir dari sungai gunung Bulusaraung.

Posting Komentar untuk "BALOCCI, LEGENDA DARI KAKI GUNUNG BULUSARAUNG"