Jabar Media Duta,- Nasib siswi SMA minum pembersih lantai karena tak bisa melanjutkan sekolah. Kisah siswi berinisial MMH (17) ini sempat viral di media sosial.
Ia depresi tak bisa melanjutkan sekolah, karena orang tuanya tak mampu bayar.
Diketahui ayahnya kerja sebagai penjaga warung buah, dengan penghasilan Rp20.000 per hari.
Kini, MMH menjadi anak asuh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Diungkapkan Dedi Mulyadi jika kondisi MMH sangat memperihatinkan, apa lagi hanya bisa sekolah satu semester di Kelas 1 SMA.
Dedi pun memastikan anak tersebut sudah ditemui oleh ajudannya dan akan menanggung semua kebutuhan pendidikan anak tersebut hingga lulus SMA.
"Saya tadi sudah menyuruh ajudan untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan bertemu dengan anak yang mengalami keracunan pembersih lantai."
"Pertama, rumah sakitnya sudah saya selesaikan, seluruh biayanya."
"Kedua, mulai besok anak itu menjadi anak asuh saya dan berhak untuk sekolah di sekolah negeri."
"Tentunya masuk sekolah negerinya sesuai dengan prosedur karena setiap orang harus diperlakukan sama," katanya.
"Tapi saya bertanggung jawab terhadap pendidikannya sampai tamat SMA."
"Kalau punya kemampuan, dia pinter bisa terus meneruskan di perguruan tinggi."
"Itulah langkah-langkah yang diambil, semoga peristiwa tersebut, tidak terjadi lagi pada siapapun dan menimpa siapapun," tambahnya.
Dedi pun mengajak seluruh pihak agar dapat bergotong royong, membantu masyarakat yang kurang mampu, guna menyelesaikan pendidikan anak-anaknya.
"Mari anak-anak kita sekolah minimal sampai SMA dan mari kita gotong royong secara bersama-sama agar orang yang miskin tetap bisa sekolah."
"Semoga Jawa Barat seluruh anak-anaknya bisa bersekolah dengan baik dengan minimal pendidikannya SMA atau SMK," katanya.
Kondisi MMH sangat memprihatinkan, di mana ia mengalami depresi akibat ketidakmampuan finansial untuk melanjutkan pendidikan.
Ayah MMH berharap pemerintah dapat memberikan perhatian dan kepedulian terhadap anaknya.
Ahmad Faozan, rekan ayah MMH yang juga merupakan kuasa hukum, mengungkapkan keprihatinannya.
"Saya tak kuasa melihat MMH yang dikenal sebagai anak berprestasi bernasib malang. Dia nekat melakukan hal yang sangat membahayakan keselamatan jiwanya," ungkap Faozan, dikutip dari Kompas.com.
Faozan menjelaskan kepada Kompas.com bahwa MMH merasa putus asa dan tidak tahu lagi harus berbuat apa.
"Dia depresi karena keinginan untuk sekolah di Kota Cirebon, tidak dapat dia gapai. Masalahnya adalah ekonomi yang menghantui kehidupannya," jelasnya.
MMH telah bekerja sebagai penjaga warung buah di Pasar Kalitanjung, Kota Cirebon, dengan upah Rp20.000 per hari.
"Korban depresi karena kemiskinan, dia tidak bisa melanjutkan SMA-nya. Dia sudah berusaha menjadi pelayan dan penjaga toko buah, tetapi upahnya tidak mencukupi," tambah Faozan yang juga Ketua Asosiasi Advokat Indonesia Cirebon Raya.
Di tengah proses pemulihan di rumah sakit, MMH terus memikirkan pendaftaran SMA di sekolah yang ia tuju.
Meskipun waktu pendaftaran sudah dibuka, kondisi saat ini membuatnya merasa putus asa karena tidak ada biaya untuk mendaftar dan memenuhi kebutuhan lainnya.
Faozan menilai situasi ini sangat ironis.
MMH dikenal sebagai anak berprestasi yang pandai berpidato dalam Bahasa Inggris saat menempuh pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di salah satu Pondok Pesantren di Kota Cirebon.
MMH lulus pada 2024 dan sempat bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, sebelum terpaksa berhenti akibat masalah keuangan.
Ayah MMH, yang bekerja sebagai buruh, merasa tidak dapat berbuat banyak.
Ibu korban dan ayahnya, telah berpisah beberapa waktu lalu.
Sehingga MMH kini hidup sebatang kara dan harus bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Faozan berharap pemerintah dapat memberikan bantuan kepada MMH agar ia dapat melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas di Kota Cirebon.
"Saya sangat sedih melihat korban yang cerdas dan berprestasi terpaksa putus sekolah karena masalah biaya. Saya harap pemerintah memberikan solusi yang tepat agar MMH dapat kembali bersekolah," harapnya.
Minum pembersih lantai

Sebelumnya, pada Jumat (6/6/2025) malam, MMH menenggak cairan pembersih lantai karena depresi akibat tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah.
Faozan mengetahui kabar mengejutkan ini pada hari Sabtu (7/6/2025) saat ayah MMH menghubunginya untuk meminta bantuan hukum.
"Saya kaget, dia (bapak korban) menelpon saya, bilang anak minum racun. Saya langsung ke rumah sakit," kata Faozan.
Dari keterangan ayah korban, Faozan menyebutkan aksi tersebut dilakukan MMH di warung buah tempatnya bekerja sekitar pukul 23.30 WIB.
Setelah menenggak cairan berbahaya tersebut, MMH langsung menghubungi temannya karena tak kuasa menahan sakit.
Setiba di lokasi, rekan-rekannya panik melihat MMH yang sudah tak sadarkan diri dan segera meminta bantuan warga untuk membawanya ke rumah sakit.
MMH langsung ditangani di UGD dan sempat dirawat di ruang ICU sebelum akhirnya kembali sadarkan diri dan menjalani perawatan di ruang rawat.(Hefty Suud)
Posting Komentar untuk "Viral Siswa SMA Putus Sekolah Minum Pembersih Lantai"