Jakarta Media Duta Online,– Strategi lempar bola panas Jokowi memakan korban. Novel Baswedan betul-betul dihancurkan tanpa sisa, tentu bersama Yudi Purnomo.
Novel menyatakan bahwa dirinya dan 75 anggota gengnya menjadi target penyingkiran. Tentu. Kini mereka mengemis ke mantan Hakim Galak Albertina Ho.
Jokowi dan gerakan manusia waras jangan Novel pikir sebagai manusia bebal, bahlul seperti kalangan kadrun. Bukan. Jokowi memiliki strategi.
Tim komunikasinya pun punya. Pun para relawan strategis, menjalankan perannya dengan sangat brilian. Tik tok. Saling komunikasi melakukan framing untuk menjebak Novel Baswedan dan kalangan Taliban di KPK.
Pelaksana penyingkiran? Ya tentu melalui para pakar dan lembaga. BIN, Kementerian PAN, Bais, KPK dan lembaga pendidikan, Lemhanas dikerahkan untuk menyusun strategi penyingkiran terhadap penguasa KPK berjudul Novel Baswedan.
Novel adalah bemper Anies Baswedan yang didukung oleh banyak pihak, sehingga dia ugal-ugalan tidak dicokok KPK.
Kelebihan bayar untuk menyebut mark-up dan korupsi. Beli air mineral Rp10 miliar bisa menenggelamkan Monas.
Kegilaan Anies tidak ada yang mampu mengerem karena kongkalikong dengan DPRD DKI Jakarta. Klop.
Kini korupsi lahan di lingkungan Pemprov DKI sudah digasak oleh KPK karena Novel sudah dinonaktifkan.
Novel dan gerombolannya dinonaktifkan, sebelum dipecat, sampai sekitar akhir tahun. Mereka berontak. Media seperti Tempe digunakan.
Kalangan kadal gurun turun gunung untuk memertahankan Novel dan sekaligus Anies Baswedan. Novel di KPK artinya kelanggengan ugal-ugalan Anies Baswedan.
Upaya Novel dan geng-nya gagal total. Novel dan 51 orang lainnya dipecat. Sisanya, 24 orang dibina.
Jika tidak mau mengakui Pancasila, NKRI, aturan, norma Indonesia dengan cara menjauhi ajaran khilafah, Ikhwanul Muslimin, Wahabi, Erdoganisme, HTI, teroris FPI, maka 24 orang ini juga akan dibuang sebagai sampah NKRI.
Maka upaya Novel Baswedan protes ke Dewan Pengawas KPK juga artinya membenturkan mata dan kepada Novel ke tembok strategi Jokowi.
Artinya, hil yang mustahal Dewas KPK akan menelikung sebuah strategi membuang sampah paling brilian di Republik. Membuang unsur Taliban dalam institusi KPK.
Narasi tentang jasa Novel ini itu adalah drama narasi. Senyatanya kekuasan Novel Baswedan sanggup menghancurkan tatanan di KPK.
Sebagai contoh, Firli Bahuri yang notabene orang KPK pun ditentang oleh Novel dan pegawai KPK.Publik yang masih waras mengernyitkan dahi. Betapa, anak buah begitu berani menentang Firli Bahuri.
Firli adalah polisi aktif, sementara Novel bekas polisi. Harusnya Novel tegak lurus punya etika korps Polri.
Novel lebih suka memanjangkan jenggot, bercelana cingkrang dan menggalang pengajian dengan mengundang Tengku Zulkarnaen.
Kini, aduan terhadap Dewas KPK, dengan Albertina Ho di dalamnya tentu akan menghancurkan Novel. Albertina Ho adalah orang pluralis.
Bukan kalangan kadal gurun yang mudah dikibuli dan ditakut-takuti. Tentu mata dan telinga Ho akan terbuka dan menolak membela Novel.
Apalagi aturan-aturan Dewas bukan untuk mengebiri wewenang Pimpinan KPK untuk membuat kebijakan internal.
Tiga aturan dan keputusan Dewas KPK ditujukan untuk mengikat sekaligus membentengi diri pegawai KPK, baik dalam pelaksanaan tugas, maupun dalam pergaulan luas, bukan untuk menghakimi keputusan Pimpinan KPK.
Biarkanlah Novel Baswedan dan 50 pegawai KPK yang dipecat untuk melamar pekerjaan di TGUPP Anies. Klop. Pas.
Tinggal KPK mencokok Anies dan kawan-kawan pada 2022. Sebagai hasil dari strategi Jokowi menyingkirkan Novel – dan Anies secara elegan.
KPK, BIN, BAKN, KemenPAN, Polri, Lemhanas, KPK dan sebagainya telah menjalankan operasi cerdas menyingkirkan atau mengerdilkan sinyalemen Taliban di dalam KPK.(*)
Posting Komentar untuk "Beli Air Mineral Rp 1 Miliar Bisa Tenggelamkan Monas"