Aku dan kau ditakdirkan mengalami masa pandemi covid ini. Seluruh dunia diliputi kedukaan.
Jutaan nyawa melayang sambung menyambung setiap hari. Air mata kedukaan mengalir tiada henti di seluruh benua.
Ini bukan suatu kebetulan. Karena di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan. Semua sudah tercatat dengan rapi di Lauhul Mahfudz. Semua sudah ditetapkan 50 ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan.
Aku dan kau ditakdirkan melihat & mengalami langsung pandemi ini. Tentu ada hikmah terpendam dari kejadian ini. Mungkin Allah ﷻ ingin mengurangi dosa-dosa kita lewat penderitaan yang ada.
Mungkin juga ingin menganugerahkan mati syahid tanpa harus ke medan perang. Bukankah mati karena wabah itu bisa termasuk syahid? Indah sekali kan?
Mungkin juga Allah ﷻ ingin mengasah hati nurani kita. Mengasah agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Mengasah agar tidak menjadi manusia egois. Agar hidup kita lebih bermakna. Agar kita mudah tersentuh dengan penderitaan orang lain.
Saat ini angka kematian covid begitu tinggi. Rumah sakit kolaps, tak bisa menampung pasien lagi. Nakes kelelahan lahir batin merawat pasien.
Dan di tengah kelelahan tersebut ternyata masih ada manusia tak punya hati yang menuduh nakes mengcovidkan pasien. Manusia tak tau diri.
Mungkin hari-hari ini kita sedang berada di puncak kegelapan pandemi. Tapi yakinlah bahwa segala sesuatu itu tak ada yang abadi.
Begitu pula dengan pandemi ini, tak akan abadi. Kelak, pandemi akan sirna dari atas muka bumi ini. Entah kapan waktunya, entah setahun, dua tahun, atau tiga tahun, pandemi akan berlalu.
Ketika tiba waktunya pandemi berlalu, akan tersimpan catatan baru tentang pandemi corona. Para ilmuwan akan menerbitkan jurnal ilmiah.
Para dokter sudah faham cara menangani pandemi. Dan masyarakat awam sudah faham cara menjaga protokol kesehatan dengan baik. Mungkin kebiasaan menerapkan prokes ini akan terbawa seumur hidup.
Sungguh pandemi covid-19 ini akan berlalu, entah kapan waktunya. Ketika waktu itu tiba, kita akan membawa catatan kenangan masing-masing.
Setiap orang mengalami peristiwa yang berbeda sehingga setiap orang juga memiliki catatan yang tidak sama.
Jika ada jutaan kematian karena covid maka akan ada jutaan catatan yang berbeda.
Aku, kau, mereka, dan seluruh umat manusia yang hidup saat ini menjadi manusia terpilih untuk menjalani masa kegelapan pandemi.
Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik. Menjadi manusia yang mengambil pelajaran berharga. Bahwa setitik empati sangat berarti di masa sulit ini.
Percayalah, kelak pandemi ini akan berlalu. Dan kelak kita akan bebas menghirup udara segar dengan tatap mata peduli.
Bernafas tanpa menggunakan masker dengan hati penuh kasih sayang. Bahwa siapa yang mengasihi yang ada di bumi niscaya akan dikasihi yang ada di langit.
Jadilah manusia yang peduli terhadap sesama agar hidup lebih bermakna.***
Posting Komentar untuk "Mungkin Allah Menghendaki Hambanya Mati Syahid Tanpa Harus ke Medan Perang"