Makassar, Media Duta Online,- Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) nonaktif Nurdin Abdullah terlibat saling bantah dengan kontraktor Ferry Tanriadi terkait gratifikasi Rp 2,2 Miliar.
Nurdin mengaku Ferry-lah yang memaksa dirinya menerima Rp 2,2 M itu. Sebaliknya, Ferry menyebut Nurdin-lah yang memintanya dengan dalih dana operasional.
Hal ini terungkap dalam sidang lanjutan kasus suap terdakwa Nurdin Abdullah di Pengadilan Tipikor Makassar pada Kamis (23/9/2021). Jaksa penuntut umum (JPU) KPK menghadirkan Ferry sebagai saksi.
Saat Ferry memberikan kesaksiannya, jaksa KPK M Asri Irwan menanyakan kapan Ferry mengenal Nurdin Abdullah.
"Kalau Nurdin Abdullah kenal sejak kapan?" tanya jaksa di persidangan.
Ferry mengaku mengenal Nurdin Abdullah pada Januari 2021. Saat itu Ferry menemui Nurdin di rumah pribadinya di Perumahan Dosen Unhas, Kecamatan Tamalanrea, Makassar.
Pertemuan itu diatur oleh petugas Patroli dan Pengawalan (Patwal) Nurdin bernama Gatot.
Diakui Ferry, dia memang meminta tolong kepada Gatot agar bisa dipertemukan dengan Nurdin untuk bersilaturahmi.
"Saya minta tidak langsung direspons, Pak, karena beliau (Gatot) bilang Pak Nurdin lagi sibuk.
Beberapa lama, Pak, baru saya dikasih info bahwa Pak Ferry bisa ke rumah pribadi Pak Nurdin, malam-malam," ungkap Ferry.
Ferry menegaskan pertemuan di kediaman pribadi Nurdin hanya sebatas silaturahmi. Dia mengaku hanya berbicara mengenai kesehatan dengan Nurdin.
Dia juga sempat curhat punya sakit diabetes sehingga Nurdin menawarkan obat.
"Waktu pertemuan pertama, beliau sampaikan ke saya beliau ada obat dari Jepang bagus untuk diabetes," katanya.
Selepas pertemuan pertama, Ferry tidak pernah lagi menghubungi Nurdin Abdullah.
Namun Ferry mendapat kabar dari rekan sesama kontraktor Robert Wijoyo bahwa dia dicari-cari Nurdin Abdullah.
"Awalnya itu saya dihubungi teman, Pak, bahwa saya dicari sama Pak Nurdin. Kalau tidak salah atas nama Pak Robert.
Saya kan di Jakarta (waktu itu), saya bilang kalau saya pulang, nanti saya cari waktu menghadap beliau," ungkap Ferry.
Setelah pulang ke Makassar, Ferry kemudian menghubungi Gatot lagi agar dipertemukan dengan Nurdin Abdullah.
Namun Gatot saat itu mengaku sedang tidak bersama Nurdin sehingga meminta Ferry agar menghubungi ajudan Nurdin, Syamsul Bahri.
"Setelah beberapa hari menghubungi Pak Syamsul, baru dikasih waktu, kira-kira tiga hari kalau nggak salah, Pak," ucap Ferry.
Ferry menyebut pertemuan kedua terjadi di rumah jabatan (rujab) Nurdin Abdullah, tepatnya di ruang tamu.
"Waktu masuk di ruang tamu sudah ada Pak Nurdin, Pak," katanya.
Ferry Ungkap Dimintai Dana Operasional Rp 2,2 Miliar Oleh Nurdin Abdullah
Saat bertemu, lanjut Ferry, Nurdin ternyata benar-benar memberikan obat diabetes dari Jepang seperti yang dijanjikan pada pertemuan pertama. Selanjutnya barulah Nurdin minta dana operasional kepada Ferry.
"Pak Nurdin sempat menyampaikan ke saya bahwa apakah bisa saya dibantu nantinya dana operasional.
Saya jawab, mudah-mudahan pada saat Bapak butuh, saya ada kesiapan. Tidak lama, Pak, saya pamit, Pak, karena sudah agak malam, Pak," kata Ferry.
Selepas pertemuan kedua tersebut, Ferry mengaku tidak pernah lagi menghubungi Nurdin Abdullah.
Namun, pada pertengahan Februari, ajudan Nurdin menghubungi Ferry.
"Itu, Pak, kira-kira pertengahan Februari sudah tengah malam, Pak, saya dihubungi ajudan Pak Syamsul Bahri.
Saya ditelepon 'Pak Ferry di mana', saya bilang saya di rumah, Pak, karena besok mau ke Jakarta. Pak Syamsul bilang boleh kita ketemu, saya bilang boleh, Pak.
Kalau Bapak mau, ke rumah saya, karena ini sudah tengah malam," kata Ferry.
Syamsul pada akhirnya benar-benar datang ke rumah Ferry di kawasan Jalan Boulevard, Makassar. Syamsul lantas menyampaikan permintaan dana operasional sebagaimana arahan dari Nurdin Abdullah.
"Kemudian di situ dia (Syamsul) bilang Pak Ferry diminta sama Pak Nurdin untuk datang ketemu Bapak untuk minta dana operasional, kurang-lebih kira-kira begitulah, Pak," kata Ferry.
Ferry menyanggupi permintaan itu dengan memanggil orang kepercayaannya, Yusman, dan memperkenalkannya dengan Syamsul.
"Setelah itu, saya panggil Yusman, memperkenalkan ke Pak Syamsul bahwa nanti titipan saya Yusman yang atur," kata Ferry.
Pada saat Syamsul pulang, Ferry mengaku masuk ke kamarnya membuka brankas. Dia kemudian mengambil uang pribadinya Rp 2,5 Miliar.
"Malam itu saya masuk ke kamar, saya buka brangkas, saya lihat, saya hitung ada uang Rp 2,5 Miliar. Saya masukkan ke dalam 3 kantong kresek hitam Rp 2,2 Miliar," katanya.
Selanjutnya Ferry memanggil kembali Yusman melalui telepon rumah. Ferry lalu memberikan tiga kantong kresek hitam isi Rp 2,2 Miliar kepada Yusman agar diberikan ke Syamsul Bahri.
"Saya sampaikan 3 kantong kresek hitam (isi uang Rp 2,2 Miliar) ini dana diminta Pak Gubernur untuk dana operasionalnya.
Setelah itu, saya masuk tidur, karena paginya saya mau ke Jakarta," lanjutnya.
Nurdin Abdullah Tuding Ferry Putar Balikkan Fakta soal Gratifikasi Rp 2,2 Miliar.
Pengakuan Ferry soal dimintai dana operasional Rp 2,2 Miliar itu dibantah Nurdin Abdullah. Dia menyebut Ferry memutarbalikkan fakta karena Ferry-lah yang berkeras mau memberikan bantuan dana operasional Rp 2,2 M.
"Mohon Pak Ferry jangan dibalik fakta, Pak. Saya tidak pernah minta," kata Nurdin saat membantah keterangan Ferry Tanriadi dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Makassar, Kamis (23/9).
Nurdin awalnya mengatakan, untuk pertemuan pertama, patwalnya bernama Gatot sebenarnya tak menyampaikan bahwa orang yang minta bertemu adalah kontraktor Ferry.
"Saya ingat betul saat itu pada saat Pak Ferry pulang, saya marahin Pak Gatot. Kenapa?
Karena dia tidak menyampaikan bahwa Pak Ferry mau ketemu saya," kata Nurdin.
Nurdin juga menegaskan, pada pertemuan pertama di rumah pribadinya, justru Ferry-lah yang meminta dibina oleh Nurdin.
"Jadi pertemuan di rumah itu kalau tidak salah bukan Januari, tapi awal Desember dan pada saat itu Pak Ferry mengatakan 'saya mau dibina'. Daripada saya beli-beli proyek di mana-mana, saya lebih bagus dibina Gubernur," kata Nurdin.
Kemudian pada pertemuan kedua di rujab, lanjut Nurdin, dia mengaku tidak pernah mencari Ferry Tanriadi melalui Robert Wijoyo. Dia mengatakan justru Ferry yang meminta bertemu melalui Robert.
"Kedua, bukan saya yang meminta Robert ketemu. Tapi Robert menyampaikan Ferry mau ketemu. Obat saya pesan khusus dari Jepang, itu niat baik saya, tapi Pak Ferry hancurkan saya," katanya.
"Karena pada saat itu saya mengatakan, kalau Pak Ferry mau beramal, maka sumbangkan ke Masjid. Ferry bilang, Oh iya Pak, nanti saya serahkan ke Pak Syamsul saja.
Saya kemudian ditanya Syamsul bahwa itu Ferry mendesak terus untuk memberikan operasional," ungkapnya.
(nvl/idh)
Posting Komentar untuk " Gubernur Non Aktif Bantah Terima Gratifikasi Rp 2,2 Miliar Dari Ferry Tenriadi"