Mantan Rektor Unair 2001-2006 yang juga dokter ahli bedah jantung, Prof. Puruhito, Jumat (5/7/2024).(Andhi Dwi)
Surabaya Media Duta,- Mantan Rektor Universitas Airlangga (Unair) 2001-2006 yang juga guru besar dan dokter ahli bedah jantung Puruhito menyebutkan Indonesia hanya salah mendistribusikan dan bukan kekurangan dokter spesialis.
Hal itu diungkapkan Puruhito, merespons pencopotan Budi Santoso sebagai Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unair, usai membuat pernyataan terkait rencana pemerintah mendatangkan dokter asing.
"Saya melihat yang salah itu distribusinya, itu saja. Sekarang kalau di Jakarta itu 30-40.000 dokter spesialis, yang salah siapa? Mungkin mereka enggak mau keluar," kata Puruhito, di Unair, Jumat (5/7/2024).
Sedangkan di daerah lainnya, Puruhito mengaku menemui situasi yang berbeda.
"Kalau saya datang di Flores enggak ada dokter (spesialis), dari Labuan Bajo sampai Ende Puskesmasnya hanya dua, kan sulit ya.
Jadi kita distribusi (kurang)," tambahnya. Mogok, Perlawanan Sivitas Kedokteran Unair terhadap Pemberhentian Dekan
Puruhito mengungkapkan, tidak meratanya dokter spesialis tersebut juga dirasakan di Surabaya. Sedangkan, menurutnya, penanganan bayi dengan kelainan jantung tidak mudah.
"Ahli bedah jantung kita di sini (Surabaya) yang ada 230-an, yang aktif enggak sampai 50. Saya termasuk yang membina, jadi tahu persis bahwa untuk menolong bayi yang lahir cacat jantung tidak gampang,” ucapnya.
Dia melanjutkan, dokter spesialis Indonesia mampu bersaing dengan internasional. Akan tetapi, mereka kalah dalam hal pembiayaan, seperti obat dan alat kesehatan (alkes).
"Apakah kita mampu bersaing? Iya, kita enggak kalah, yang kalah apanya? Duitnya, bukan duit gimana, pembiayaannya itu yang kurang.
Harga obat disinggung sama alkes, iya, ya gimana lagi saya enggak tahu," jelasnya. "Kok bisa mahal di Indonesia? Waduh itu kebijakan yang di luar kewenangan saya untuk menjawab, saya tidak tahu.
Kita hanya bisa terima, kok mahal ya? Itu salah satu faktor, saya sangat-sangat sedih," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, kabar pencopotan Budi sebagai Dekan FK Unair, awalnya tersebar melalui pesan di grup WhatsApp, yang berisi informasi pemberhentian dan permintaan maaf.
Budi membenarkan bahwa pesan yang beredar itu dikirimkan olehnya. Sebab, dia telah menerima surat keputusan (SK) pencopotan sebagai Dekan FK Unair.
Budi mengungkapkan, pihak rektorat telah memberikan informasi pencopotannya, sejak pukul 10.00 WIB. Akan tetapi, dia baru menerima SK terkait hal tersebut, sekitar pukul 15.00 WIB.
"Iya, (pesan) itu kan grupnya dekan ya, ada grupnya dosen-dosen. Saya pamitan karena SK-nya saya terima tadi, sekitar pukul 15.00 WIB," kata Budi, saat dihubungi melalui telepon, Rabu (3/7/2024). (*)
Posting Komentar untuk "Mantan Rektor Unair Sebut Bukan Kekurangan Dokter Spesialis Tapi Salah Pendistribusian "