Makassar Mayoritas Penjahit Orang Soppeng

Para tokoh masyarakat asal Kabupaten Soppeng yang sukses membangun bisnis jahit di Makassar yakni H Sahlan (kiri) dan H Muhammad Aras (tengah) . Wakil Bupati Soppeng, Selle KS Dalle (53) punya perspektif lebih dalam. 

Makassar Media Duta,- Jawaban pertanyaan antroposentris di atas sama dengan sejarah terbangunnya satu kota.

Dan, sejarah kota tua, seperti Makassar, Jakarta, Surabaya, atau Medan, dibangun dan dibesarkan oleh para pendatang (urban).

Mereka hidup, bertarung dan membangun kota itu dari kumpulan nilai, semangat, kedekatan dan keterampilan tua di kampung moyang dan tanah kelahirannya. Di Makassar, polarisasi profesi atau jasa usaha berdasarkan asal daerah relatif mudah diidentifikasi.

Pedagang ikan bakar dan sop saudara kebanyakan asal Pangkep. Pedagang sate dari Maros atau Galesong Takalar.

Pedagang kebutuhan harian, dan kain di pasar, toko-kedai kebanyakan dari Wajo atau Bone. 

Warga asal Toraja , selain profesor perawat, guru, juga secara tradisional banyak jadi tukang, teknisi dan revarator alas kaki.

Warga asal Jeneponto, kebanyakan jadi sopir, tukang becak-bentor, atau personel TNI.

Sedangkan warga Gowa, banyak jadi pedagang dan distributor buah dan sayuran.

Pendiri Emerald, Muhammad Aras menyampaikan mulanya dia bekerja sebagai pegawai tukang jahit di Sony Taylor. 

Saat pertanyaan itu diajukan ke penjahit senior asal Soppeng, Haji Sahlan (65), jawabannya adalah kronologis sejarah.

"Tahun 1976, jamannya Pak Ahmad Lamo gubernur, ada konveksi besar milik Haji Abu di dekat Pasar Sentral. Mereka dapat proyek jahit baju dinas dan anak sekolah.

Ada lebih 50 penjahitnya, semua dari Soppeng," ujar pemilik Sahlan Taylor di Jl Cumi-Cumi, Kelurahan Malimongan Baru, Bontoala, Makassar, Rabu (1/5/2025) lalu.

Dia menyebut, selain konveksi milih haji Abu, banyak pemilih usaha taylor menggunakan jasa warga asal Soppeng sebagai penjahit.

Ahmad Lamo adalah gubernur ke-2 Sulsel (1966-1978).

Di masa itu, pemerintah Orde Baru lagi gencar pengadaan seragam pegawai, guru, TNI-Polri dan seragam subsidi untuk siswa dan pelajar.

Sahlan bercerita, setelah proyek konveksi seragam nasional itu selesai, para penjahit ini kemudian menyebar dan membuka usaha mandiri.

Dia menyebut di kawasan Bontoala, Jl Sunu, Jl Pongtiku, Jl Urip Sumoharjo, yang saat itu dekat dengan kampus Unhas Baraya, kian orderan kian menumpuk.

"Saya pernah tanya, bos orang China kenapa pakai orang Soppeng jadi penjahit, mereka menjawab Orang Soppeng, rapi sabar dan tak banyak protes kalau kerja," ujar M Nasir, penjahit skala UKM di Jl Dg Tata.

Wakil Bupati Soppeng, Selle KS Dalle (53) punya perspektif lebih dalam.

"Sejak dulu, di masa kekayaan kain sutra, orang Soppeng dan Wajo itu berkolaborasi. Di Soppeng ditanam pohon, pelihara ulatnya, Orang Wajo yang tenun dan jual lalu dijahit lagi sama orang Soppeng," ujar pria kelahiran Takalalla, Soppeng.

Selle juga mengkonfirmasi, kebanyakan warga Soppeng, telaten, gigih dan mudah beradaptasi di satu daerah baru.

Bagi mereka, pakaian (sandang) adalah satu kebutuhan dasar manusia, setelah pangan dan papan. Bisnis beras, makanan ini sudah dikuasai pedagang dari Sidrap, Pinrang, Pangkep, Maros atau Enrekang.

"Setelah bisa beli beras, punya rumah, semua orang butuh baju batik," ujar Suherman (61), penjahit asal Tajuccung, Soppeng di Tamalanrea.

Kisah ini dikonfirmasi Haji M Aras (54). Pemilik jaringan penjahit papan atas seperti Emerald, Hero dan Rise.

"Saya dulu, tahun 2000, hanya jadi tulang jahit di Sony Taylor, (jalan) Monginsidi. Tapi karena melihat ada peluang, saya mandiri dan coba bikin yang lebih baik." ujar mantan anggota DPR-RI asal Citta, Soppeng ini.

Dia mengaku, membuat terobosan untuk jahit hari ini, empat jam sudah jadi.Akhirnya, saya bisa membuktikan itu hingga akhirnya saya pun mulai dikenal," katanya dalam konfirmasi ke tribun, Jumat (2/5/2025). 

Lima tahun kemudian 2005, mantan Ketua DPW PPP Sulsel ini mendirikan Emerald Taylor.

Tak sampai di situ, dia pun kembali mendirikan sebuah perusahaan jahit bernama Rise pada tahun 2010 lalu. 

"Saya berprinsip kalau kita harus bisa punya nilai lebih daripada orang lain," katanya. 

Sehingga, sejak saat itu, dia banyak mendapatkan pesanan kilat. "Manajemen PSM juga sering meminta tolong dan seperti biasa empat jam pakaian atau jas lengkap sudah selesai," katanya.

Dosen UMI Sudirman Numba, mengungkapkan, asal penjahit dari Soppeng berawal di Pongtiku. 

"Pemilik usaha jahit merekrut  ratusan orang untuk belajar menjahit setelah mahir mereka tersebar di Kota Makassar. (zil)

Posting Komentar untuk "Makassar Mayoritas Penjahit Orang Soppeng"