Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, merasa muak dengan polemik dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI, Jokowi yang tidak kunjung selesai.
Dikatakan Refly, perdebatan yang terus berulang justru mencerminkan ketidakdewasaan demokrasi di Indonesia.
Refly menegaskan, di negara dengan demokrasi yang matang, polemik semacam ini seharusnya tidak perlu berlarut-larut.
Ia bahkan menyebut perdebatan tersebut terkesan tidak produktif dan menguras energi publik.
“Di negara-negara yang demokrasinya mature, maju, apa yang kita lakukan ini kampungan, bodoh, kurang kerjaan,” ujar Refly dikutip pada Kamis (18/12/2025).
Ia kemudian menyinggung polemik yang menurutnya sederhana, namun justru diputar ke sana kemari tanpa kejelasan.
Padahal, kata Refly, yang dipersoalkan hanyalah satu dokumen yang sudah lama digunakan di ruang publik.
“Masa hanya untuk menunjukkan sebuah dokumen yang sudah digunakan dalam fora publik, tiba-tiba kita bolak-balik kayak orang bodoh semua,” ucapnya.
Refly menekankan bahwa polemik ini seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana, tanpa perlu perdebatan berkepanjangan.
“Muter-muter ke sana kemari, berdebat ke sana kemari. Padahal tinggal tunjukkan saja,” katanya.
Sebagai perbandingan, Refly mengangkat contoh sikap Hakim Mahkamah Konstitusi (MK), Asrul Sani, yang pernah menghadapi tudingan serupa namun memilih bersikap terbuka.
“Hakim Asrul Sani sudah mencontohkan ketika dituding ijazahnya palsu, dia tunjukkan, dia tunjukkan, dia tunjukkan semuanya, press conference, berani dia menghadapi,” ungkap Refly.(*)

Posting Komentar untuk "Reply Harun, Sebut Perdebatan Terus Berulang Mencerminkan Ketidakdewasaan Demokrasi di Indonesia"