Pantas Sri Rejeki Tutup Jalan Rumah Tetangganya


Semarang Media Duta, - Kisah bocah SD berinisial JIS (7) berangkat ke sekolah dengan cara mlipir Sungai Kaligaran, sampai ke telinga Kepala Disdik Kota Semarang, Bambang Pramusinto.

Alasan JIS harus melewati sungai demi berangkat ke sekolah karena kasus sengketa rumah orang tuanya.

Rumah yang ditempati tersebut rupanya atas nama orang lain yakni Sri Rejeki.

Orang tua JIS, Juladi Boga Siagian, awalnya bisa menempati rumahnya setelah membeli sepetak tanah milik Zaenal Choridin dengan cara mencicil, tanpa ada surat keterangan resmi pembelian kavling.

Namun setelah Zaenal meninggal, datang Sri Rejeki yang merupakan adik kandung Zaenal.

Juladi Boga Siagian (54) saat menunjukkan jalan yang ia viralkan di media sosial saat anaknya berangkat sekolah, Senin (28/7/2025). Anaknya berinisial JES (8), siswa kelas II SDN 01 Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, berangkat ke sekolah melewati sungai.

Dia mengklaim tanah tersebut telah berganti nama atas nama miliknya dan dibuktikan dengan sertifikat kepemilikan tanah, sehingga kasusnya terus berlanjut sampai ke meja hijau.

Juladi yang telah dinyatakan kalah di Pengadilan Negeri Semarang, kini mengajukan banding.Atas kasus ini, akses rumah Juladi menjadi terisolasi.

Pagar rumahnya ditutup besi baja ringan dan atap galvalum oleh pihak Sri Rejeki melalui tim pengacara.

Bahkan, pihak Sri Rejeki juga memasang CCTV.Satu-satunya akses sehari-hari keluarga tersebut adalah berjalan melewati pinggiran sungai.

Pada Kamis (31/7/2025), Bambang Pramusinto ditemani Camat Gajahmungkur, Puput Widhiatmoko Hadinugroho, serta perwakilan TNI/Polri, mengunjungi rumah orang tua JIS di Jalan Lamongan Selatan II RT 07 RW 01, Kelurahan Bendan Ngisor, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang.

Pagar rumah Juladi yang masih ditutup atap galvalum karena masih dalam proses hukum, membuat Bambang Pramusinto dan rombongan yang berkunjung hanya bisa sampai dari luar pagar.

Di lingkungan tersebut, Juladi lebih akrab disapa Paung.

Bambang Pramusinto dan rombongan yang sudah terlanjur sampai di lokasi tetap berupaya agar tetap berkesempatan berkomunikasi dengan keluarga Juladi.

Bocah berinisial JIS (8), siswa kelas II SDN 01 Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, berangkat ke sekolah melewati sungai. (Instagram/im.semarang_official)
Bocah berinisial JIS (8), siswa kelas II SDN 01 Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, berangkat ke sekolah melewati sungai. (Instagram/im.semarang_official)

Dari balik pagar teralis besi yang tertutup rapat, Bambang Pramusinto bersama rombongan mendekati area rumah tersebut langsung ditemui Juladi bersama dengan istrinya, Imelda Tobing.Dan JIS yang ternyata siap siaga jika rombongan Kepala Disdik Kota Semarang memanggil mereka.

"Selama ini, Pak, mereka hanya tahu sepihak. Tidak tahu versi dari kami," kata Juladi membela diri dan keluarganya di depan rombongan, melansir Tribun Jateng.

Sedangkan istrinya, Imelda, dengan ekspresi memelas turut berkeluh kesah tentang kekhawatirannya terhadap psikologis JIS di sekolah.

"Mau sampai kapan seperti ini, Pak? Kasihan mental dan psikologis anak saya kalau sampai dibully," ungkapnya.

Sementara itu, Bambang Pramusinto mencoba langsung berkomunikasi secara langsung dengan JIS yang kebetulan ada di rumah itu.

Mulai dari menanyakan kabar hingga aktivitasnya di sekolah.

Kepada awak media, Bambang menegaskan, Disdik Kota Semarang ingin tetap memastikan kondisi JIS secara langsung atas kasus yang sedang menimpa orang tuanya.

Sebelum mengunjungi rumah keluarga Paung, Bambang juga menghadiri mediasi terkait masalah sengketa rumah milik Juladi dengan pihak kelurahan, kecamatan, dan pengacara Sri Rejeki, Roberto Sinaga, di Kantor Kelurahan Bendan Ngisor.

"Kalau kami ingin memastikan JIS bisa kembali ke sekolah secara nyaman.""Ini sudah ada informasi bahwa JIS bertempat tinggal di saudaranya dan ternyata lebih dekat dengan sekolahnya," kata dia.

"Di sekolah, ikut pembelajaran seperti biasanya. Ke depan tentu akan terus kami pantau," jelasnya.

Sementara, atas lanjutan kasus sengketa tanah ini, kedua pihak yang berselisih dijadwalkan akan dipertemukan kembali di Kantor Kelurahan Bendan Ngisor pada pukul 09.00 WIB, Jumat (1/8/2025).

JALAN DITUTUP TETANGGA - Juladi Boga Siagian (54), orang tua bocah berinisial JES (8), siswa kelas II SDN 01 Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (29/7/2025). Anaknya terpaksa berangkat lewat aliran sungai karena akses keluar masuk rumahnya diduga ditutup oleh tetangga.

Di sisi lain, sosok Juladi rupanya disebut-sebut personal yang problematik di lingkungan tersebut.

Meski telah menetap lama sejak tahun 2011, menurut penuturan warga, Juladi sering membuat masalah.

Belakangan terkuak jika warga sempat membuat surat pernyataan keberatan dengan beberapa catatan.

Keluhan tersebut dilayangkan kepada Zaenal Choridin selaku pemilik tanah tersebut.

Beberapa catatan tersebut mulai dari mencabut portal Covid-19 tanpa seizin warga hingga tidak pernah ikut dalam kegiatan warga seperti kerja bakti, melayat, hingga sosialisasi.

Juga disebutkan bahwa yang bersangkutan melakukan ancaman fisik kepada warga lain.

Sebagai gambaran, rumah kecil Juladi Boga Siagian berada di tepi aliran sungai.

Akses yang biasa dilaluinya seukuran pintu rumah seukuran 1 meter, sementara ini ditutup.

"Satu-satunya jalan untuk saya keluar rumah sekarang hanya lewat sungai. Anak saya juga harus lewat situ kalau mau sekolah," tutur Juladi.

Saat ditemui dirumahnya, Juladi masih menjalankan rutinitasnya memilah-milah barang bekas, bekerja sebagai pemulung.

Dengan akses utama yang tertutup, satu-satunya jalan yang bisa dilalui hanyalah jalur sungai yang licin dan berbahaya.

Bahkan saat awak media akan meninggalkan rumahnya, Juladi memandu agar para awak media tidak kejatuhan kotoran dari saluran kakus di rumah milik warga lain.

"Hati-hati mas, lewat sini agar tidak kejatuhan kotoran," katanya sambil menunjuk sebuah paralon besar.

Sementara itu, pengacara Sri Rejeki, Roberto Sinaga, membenarkan penutupan akses jalan tersebut.

Menurutnya, tindakan ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat sudah banyak keluhan dari warga sekitar.

"Penutupan itu langkah preventif karena akses yang mereka pakai adalah bagian dari tanah milik klien saya. Sudah sejak 2019 juga kami coba mediasi, tetapi tidak ada titik temu," ujar Roberto.

Dia menyebut, proses hukum sudah berjalan selama bertahun-tahun dan akhirnya diputus bersalah secara pidana terhadap Juladi.

Area yang disengketakan seluas sekitar 3,5 meter yang telah diukur oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan diketahui mengenai bagian tempat tinggal Paung.

"Saya sudah coba menawarkan jalan damai agar tidak perlu dibongkar, mungkin lahan 3,5 meter itu bisa dilepaskan.

Namun, mereka malah minta ganti rugi hingga ratusan juta rupiah. Itu tidak masuk akal," kata Roberto.

vbnjkkkkjnhhh

Menurutnya, bukti-bukti yang diajukan Paung tidak dapat dibuktikan secara autentik di pengadilan, sementara kliennya memegang sertifikat resmi yang sah menurut hukum.

"Dia menunjukkan bahwa ada oret-oretan yang mana di majelis hakim juga itu tidak bisa dibuktikan secara autentik."

"Itulah dia divonis secara pidana terbukti menggunakan lahan tanpa hak," ujarnya.(*)

Posting Komentar untuk "Pantas Sri Rejeki Tutup Jalan Rumah Tetangganya"