Morowali Media Duta,- Keberadaan bandara di suatu wilayah seharusnya menjadi simbol kedaulatan: pintu resmi keluar-masuk manusia, barang, logistik, dan data.
Semua tunduk pada aturan negara, SOP otoritas penerbangan, dan standar keamanan internasional.
Tapi ketika ada bandara yang beroperasi tanpa mengikuti SOP otoritas negara, maka itu bukan lagi “infrastruktur”—itu monumen kekuasaan gelap. Sebuah bukti telanjang bahwa ada yang sedang mendirikan negara dalam negara.
Karena hanya ada dua entitas di dunia yang bisa mengoperasikan bandara tanpa aturan:
1. Negara berdaulat.
2. Bandit politik yang merasa dirinya lebih berdaulat daripada negara.
Dan ketika yang kedua ini muncul, kita tahu, republik sedang disulap menjadi ladang bisnis privat yang dibungkus jargon pembangunan.
Silakan bayangkan skenarionya:
• Pesawat bisa mengangkut uang haram dari pulau ke pulau tanpa radar fiskal.
• Kargo bisa menyelundupkan narkoba tanpa melewati anjing pelacak atau bea cukai.
• Orang bisa keluar-masuk membawa apa saja, hanya perlu restu dari penguasa lokal, bukan pemerintah pusat.
• Negara tampil hanya sebagai penonton—sementara para operator bayangan menikmati jalur udara seperti VIP lane kriminal.
Jika jalan tikus adalah jalur konvensional penyelundup, maka bandara tak ber-SOP adalah versi “kelas eksekutif” dari kejahatan terstruktur.
Semua berlangsung rapi, steril dari pemeriksaan, dan tidak tercatat dalam laporan resmi negara. Inilah yang disebut: grey economy dengan landasan pacu.
Ketika bandara bisa berdiri tanpa SOP, itu tanda negara sedang dikompromikan. Institusi resmi diabaikan. Aturan hanya berlaku untuk rakyat kecil.
Sementara elite—yang nyaris pasti hidup dari rente dan konsesi—menciptakan wilayah eksklusif di mana hukum negara tidak ikut masuk. Mereka tidak hanya membangun fasilitas transportasi.
Mereka membangun infrastruktur kekuasaan paralel. Dan semua ini dilakukan sambil senyum, sambil bicara investasi, sambil menjual ilusi bahwa yang mereka lakukan adalah “demi pertumbuhan ekonomi”. Pertumbuhan siapa?
Ekonomi siapa? Keuntungan siapa?
Bandara tanpa SOP bukan sekadar persoalan teknis.Itu adalah deklarasi politik bahwa Kami lebih besar dari negara. Kami lebih kuat dari hukum. Kami adalah negara kecil yang hidup di dalam negara besar—dan Anda tak bisa apa-apa.”
Dan selama rakyat masih terhipnotis oleh jargon, influencer bayaran, dan narasi pembangunan yang dipoles setiap hari.
Maka bandara seperti itu akan terus berdiri, beroperasi, dan menjadi landasan pacu bagi bisnis-bisnis gelap yang dilindungi kekuasaan.
Erizeli Jely Bandaro

Posting Komentar untuk "Bandara Tanpa SOP Bukan Sekedar Persoalan Teknis"