Kisah Arsilan, Mantan Staf Soekarno Kini Menjadi Pemulung


Kisah Arsilan, Mantan Staf Soekarno  Kini Menjadi Pemulung untuk Membiayai Kehidupan Sehari-hari.

Tidak ada yang menyangka, di balik sosok renta yang setiap hari mengais barang bekas di jalanan, tersimpan sebuah sejarah besar yang ikut membentuk fondasi negeri ini.

Dialah Arsilan, seorang lelaki tua yang hidup sederhana. Namun jejak perjuangannya terpatri pada momen paling sakral dalam perjalanan bangsa: 

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.

Dulu, Arsilan bukan sekadar warga biasa. Ia adalah mantan tukang kebun keluarga Presiden Sukarno, Proklamator Republik ini. Sebelum itu, ia tergabung dalam Tentara Pelajar Hizbullah, pasukan muda yang berjuang demi kemerdekaan tanpa pamrih.

 Di usia belia, ia sudah terpisah dari kedua orang tuanya dan menaruh seluruh hidupnya pada satu tujuan: membebaskan Indonesia dari penjajahan.

Penjaga Tiang Bambu Merah Putih

Salah satu jasanya yang paling monumental namun jarang diketahui publik adalah ini:

Tiang bambu tempat Sang Saka Merah Putih dikibarkan saat Proklamasi Arsilan-lah yang memasangnya sehari sebelum 17 Agustus 1945.

Dengan tangan sendiri, ia menegakkan bambu yang menjadi saksi lahirnya republik.

Betapa ironisnya, manusia yang pernah menyiapkan tempat berdirinya bendera kebangsaan kini harus bertahan hidup dengan memungut gelas plastik di kawasan Tugu Proklamasi tempat yang justru menjadi simbol perjuangan yang ia ikut bangun.

Terombang-Ambing oleh Zaman

Setelah gejolak politik 1965, nasib Arsilan berubah drastis. Tidak ada jaminan, tidak ada penghargaan, dan tidak ada kehidupan layak yang menyertai pengabdiannya di masa lalu. Ia kini tinggal di sebuah gubuk kecil di Jalan Bonang, Menteng tak jauh dari tempat kemerdekaan dikumandangkan.

Namun ada satu yang tidak berubah dari dirinya: hati yang teguh.

Arsilan hidup dalam kekurangan, namun sikapnya jauh dari mengeluh. Ia berpegang pada prinsip yang menghunjam:

> “Jika seseorang berjuang minta digaji, itu namanya kuli. Berjuang jangan mengharap gaji, biar mati di jalan Tuhan.”

Sebuah kalimat yang lahir dari jiwa yang benar-benar mengerti arti pengorbanan.

Potret Pahlawan yang Tak Tercatat

Arsilan hanyalah satu dari sekian banyak pejuang kemerdekaan yang masa tuanya penuh kesunyian. Mereka yang dulu mempertaruhkan nyawa kini berjalan tertatih-tatih tanpa perhatian, terlempar dari garis kisah bangsa yang pernah mereka selamatkan.

Kisah Arsilan menghadirkan pertanyaan bagi kita semua:

Bagaimana mungkin negara sebesar Indonesia melupakan sosok-sosok yang turut mendirikan pondasi kemerdekaannya?


Posting Komentar untuk "Kisah Arsilan, Mantan Staf Soekarno Kini Menjadi Pemulung "