Jakarta Media Duta,- Mendapat tunjangan sertifikasi sudah menjadi harapan dan impian semua guru di Indonesia.Akan tetapi sering terkendala dengan pemenuhan beban kerja yang susah dicapai.
Guru wajib memenuhi beban kerja selama 24 jam tatap muka sebagai salah satu syarat validasi pencairan tunjangan sertifikasi.
Inilah yang disebut Dirjen GTK Nunuk Suryani membuat banyak guru bersertifikasi tapi batal menerima tunjangan.
Hanya gegara tidak dapat memenuhi jumlah jam tatap muka karena sulitnya pembagian jam mengajar atau akibat hal lainnya.
Padahal pemerintah pusat telah menyediakan anggaran namun terpaksa dikembalikan ke kas negara.
"Tidak semua akhirnya mendapat tunjangan akibat kurangnya pemenuhan beban kerja, uangnya sudah ada tapi terpaksa dikembalikan ke negara," kata Nunuk.
Mengkaji hal tersebut, nanti akan diterbitkan kebijakan baru agar guru mudah mendapat tunjangan sertifikasi.
Salah satunya dengan mengurangi beban kerja bukan lagi 24 jam tatap muka.
"Kemarin Pak Menteri juga ingin guru jangan lagi seperti itu, jadi nanti kita merubah Permen (Peraturan Menteri) tentang beban kerja yang mana mewajibkan 24 jam itu diturunkan menjadi 18," tuturnya.
Akan tetapi perlu dipahami jika secara keseluruhan beban kerja harus tetap terhitung 24 jam.
Hanya saja kewajiban jam tatap muka boleh 18 jam saja. Sekarang 24 jam itu tetap, tetapi tatap mukanya boleh 18 jam, pemenuhannya berarti kan kurang 6 jam itu harus dipenuhi," terang Dirjen GTK.
Pemenuhan kekurangan jam dapat diisi dengan bermacam kegiatan lain seperti pembimbingan konseling.
Setidaknya beban guru akan berkurang bukan lagi 24 jam tatap muka, namun terpilah menjadi 18 jam tatap muka dan 6 jam bukan tatap muka.***
Posting Komentar untuk "Beban Kerja Guru Dikurangi Bukan 24 Jam Tatap Muka Demi Tunjangan Sertifikasi"