Nak Ibu Takut Tidur Sendirian, Katanya Pelan


Waktu itu istriku sedang dinas luar kota selama seminggu. Rumah jadi terasa sepi. Biasanya kalau malam, aku hanya duduk di ruang tamu sendirian, nonton TV sambil ngemil, menunggu rasa kantuk datang.

Tapi yang aneh, setiap malam ibu mertua sering keluar dari kamarnya. Awalnya dia hanya duduk di sofa, bilang kalau nggak bisa tidur. 

Aku pikir, mungkin dia kesepian juga, karena selama ini selalu ada istriku yang menemani bicara sebelum tidur.

Malam pertama, dia hanya duduk diam, sesekali menatap layar TV, tapi matanya kosong. Aku tanya, “Bu, nggak tidur?” Dia hanya menggeleng sambil tersenyum kecil.

Malam kedua, dia mulai cerita tentang almarhum suaminya. Katanya, dulu mereka suka duduk berdua nonton TV sebelum tidur. Malam itu, dia tertawa kecil saat mengenang, tapi aku lihat matanya berkaca-kaca.

Malam ketiga, dia mulai sering memanggilku dari kamarnya. Katanya dia merasa demam, takut kalau tiba-tiba pingsan di kamar sendirian.

 Aku duduk di kursi dekat ranjangnya, sambil memegang tangannya untuk mengecek suhu tubuhnya. Tangan ibu dingin, wajahnya pucat. Dia bilang pelan, “Maaf ya nak, ngerepotin.

Malam keempat, dia menatapku lama, matanya berkaca-kaca, lalu dia bilang, “Nak… kamu baik banget.

 Kamu mirip sekali dengan almarhum bapaknya dulu.” Aku hanya terdiam. Malam itu, dia minta aku duduk di lantai dekat ranjangnya, katanya dia takut tidur sendirian.

Malam kelima, suasana terasa berbeda. Tatapan matanya padaku seperti penuh rasa yang sulit aku mengerti. Seperti ada sesuatu yang sudah lama dia simpan sendiri, dan ingin dia lepaskan. 

Dia pegang tanganku erat, matanya tidak mau lepas dari wajahku. “Nak, ibu takut tidur sendirian,” katanya pelan. Aku hanya mengangguk, menenangkannya.

Malam keenam, dia mulai banyak cerita. Tentang masa mudanya, tentang rindu yang nggak pernah selesai, tentang kesepiannya sejak almarhum suaminya meninggal.

 Suaranya lirih, sesekali dia terdiam lama, memejamkan mata, lalu menatapku lagi. Aku hanya bisa diam, mendengar dengan sabar.

Malam ketujuh, malam terakhir sebelum istriku pulang. Ibu mertua duduk di ranjang sambil menatapku lama. Dia bilang, “Terima kasih ya nak, sudah temani ibu selama ini. Kamu baik banget.” Dia senyum, tapi matanya merah.

Tapi entah kenapa sejak malam itu, hubungan kami berubah. Cara dia memandangku berbeda. Rumah terasa berbeda. Kadang aku lihat dia diam lama menatap fotoku dan istriku, lalu dia menunduk, menahan air mata.

Aku nggak tahu apa yang sebenarnya ibu simpan selama ini. Apakah dia kesepian, atau ada rasa yang dia pendam dan nggak pernah dia ceritakan ke siapa pun?

Sampai sekarang, pertanyaan itu masih terus menghantuiku…

“Apa sebenarnya yang ibu simpan selama ini?”

Posting Komentar untuk "Nak Ibu Takut Tidur Sendirian, Katanya Pelan"