Sang Semut, Aku Hanya Butuh Makan Satu Ikat Gandung Dalam Setahun


Syeikh Abdurrahman bin Abdussalam As-Shofuri menyebutkan sebuah cerita tentang semutnya Nabi Sulaiman yang sangat bagus sekali dalam kitab beliau berjudul _Nuzhatul Majalis._

Suatu hari Nabi Sulaiman bertanya kepada seekor semut yang sedang mencari makan di alam liar, 

_"Berapa makanan yang engkau butuhkan selama satu tahun?"_

Sang semut menjawab, 

_"Aku menghabiskan satu ikat gandum dalam setahun."_

Kemudian Nabi Sulaiman membuat sebuah rumah semut dan meletakkan satu ikat gandum di dalamnya. 

Maka semut itu dipersilahkan untuk tinggal di dalam rumah khusus tersebut selama setahun.

Nanti pada tahun berikutnya beliau akan datang kembali untuk memberi satu ikat gandum lagi.

Singkat cerita setelah setahun berlalu Nabi yang mulia itu datang ke rumah semut tersebut, ternyata ia melihat gandum itu masih tersisa setengah ikat. 

Beliau bertanya,

_"Mengapa engkau hanya makan setengah ikat saja? Bukankah kau bilang dalam setahun menghabiskan satu ikat?"_

Lantas sang semut menjawab seperti yang termaktub dalam kitab di atas,

كان اتكالي على الله قبل الحبس وبعده كان عليك فخشيت أن تنساني فادخرت النصف إلى العام اآلتي

_"Sebelumnya aku bertawakal kepada Allah maka aku yakin Allah pasti mencukupi rezekiku._ 

_Adapun sekarang aku bertawakal kepada engkau wahai Nabi, maka aku tidak yakin karena bisa saja engkau terlupa datang ke sini setelah satu tahun. 

Maka aku hanya makan setengahnya saja sebagai persiapan untuk tahun berikutnya."_

Demikianlah sebuah kisah tentang seekor serangga kecil yang sangat yakin kepada jaminan Allah. 

Semut itu merasa aman apabila Allah yang menjamin rezekinya, dan ia merasa tidak aman apabila rezekinya dijamin oleh selain Allah.

Kisah ini menyentak kesadaran saya hingga titik terdalam di hati ini.

Betapa saya selama ini suka merasa iri dengan para karyawan dan pegawai negeri sipil, karena dimata saya betapa aman hidup mereka karena penghasilannya sudah dijamin kantornya.

Atau kepada pengusaha sukses yang sudah mapan, betapa nyamannya hidup mereka hingga anak keturunannya.

Atau kepada para pedagang tajir yang sudah berhasil membangun banyak pelanggan, betapa tenangnya hidup mereka karena penjualannya sudah terjamin jika memiliki langganan sebanyak itu.

Sebaliknya, kepada saudara saya yang terkena PHK dari kantornya, atau mereka yang usahanya gulung tikar kehilangan pembeli, saya merasa gelisah siapakah nanti yang menjamin rezeki mereka?

Semut mungil yang hidup pada masa Nabi Sulaiman ribuan tahun lalu justru mampu mengingatkan saya. Bahwa semua manusia penjaminnya adalah Allah. 

Jangan sampai hati ini menyandarkan jaminan kepada selain Allah, entah itu kantor, atasan, bisnis, pelanggan, dan sebagainya.

Justru karena Allah yang menjamin rezeki kita, maka sudah sepantasnya kita bisa hidup dengan tenang dan aman.

Tugas kita hanyalah ikhtiar dan do'a. 

Selebihnya Allah yang mengatur dan menentukan. 

*******


Selamat beraktivitas dihari yang penuh berkah ini,  saudara-riku tercinta. Salam Qur’ani ...

😊🙏❤💕

Posting Komentar untuk "Sang Semut, Aku Hanya Butuh Makan Satu Ikat Gandung Dalam Setahun"