Sejumlah jama'ah dari berbagai negara sedang melaksanakan wukuf di sekitar Jabal Rahmah kawasan Padang Arafah, Arab Saudi
Media Duta Online,- Jumlah kasus COVID-19 di Olimpiade Tokyo telah meningkat menjadi 133. Hal itu dikatakan penyelenggara pada Ahad (25/7).
Menurut komite pelaksana, kasus terakhir adalah 10 orang yang datang untuk Olimpiade dinyatakan positif terkena virus. Salah satu atlet yang didiagnosis dengan virus ditempatkan di distrik Olimpiade Tokyo
Di antara yang terinfeksi adalah enam pejabat, satu karyawan kontraktor, dan seorang awak media. Mereka semua segera dikarantina. [Republika, 26/7]
Bukan kabar yang mengejutkan sebenarnya. Sejak awal rencana penyelenggaraan event olahraga terbesar di dunia itu sudah memunculkan keraguan, karena berlangsung di tengah pandemi yang masih menyelimuti bumi.
Protokol kesehatan dan pembatasan jumlah peserta maupun pengunjung sudah dilakukan dengan ketat.
Namun tak urung masih ada juga yang terpapar COVID-19 dan jumlahnya pun sudah lebih dari 100 orang.
Bukan bermaksud membandingkan, karena masing-masing memikili situasi, kondisi dan kepentingan yang berbeda.
Tapi di waktu yang hampir besamaan, ada event yang lebih kolosal dan baru berakhir pekan lalu yang mendapat apresiasi dari dunia karena nihil COVID-19 alias tak ada satupun yang terpapar!
Allahu akbar!
Menteri Kesehatan Arab Saudi, Dr Tawfiq Al Rabiah, mengumumkan tidak ada kasus COVID-19 yang terdeteksi di antara jamaah.
"Haji kali ini berhasil, tanpa COVID-19 atau penyakit epidemi lainnya yang dilaporkan,” jelasnya seperti dikutip Asharq Al-Awsat, Jumat (23/7).
Untuk kedua kalinya pemerintah Kerajaan Arab Saudi berhasil menyelenggarakan muktamar terakbar di bumi, yakni penyelenggaraan ibadah haji.
Tahun lalu jumlah jamaah haji sangat dibatasi hanya 1.000 jamaah. Tahun ini jumlah itu dilipatkan 60 kali menjadi 60.000 jamaah.
Pada puncak pelaksanaan haji yakni wuquf, mereka harus berkumpul di lokasi yang sama, di waktu yang sama.
Setelah itu mereka harus bergerak bersama-sama untuk mabit di Muzdalifah dan selanjutnya ke Mina untuk melempar jumrah.
Sekalipun ada 60.000 manusia (belum termasuk petugas dan pihak yang berkepentingan lainnya) berkumpul dan bergerak bersama.
Namun Allah tak izinkan mahluknya yang berwujud virus untuk mendekati tamu-tamuNya.
Dunia mencatat, tidak ada satu negarapun yang memiliki kemampuan menghelat sebuah event kolosal, di mana pada kondisi normal jutaan orang berkumpul bersama, yang digelar rutin setiap tahun.
Sebagai perbandingan, event dunia semacam Olimpiade atau Piala Dunia hanya dihelat 4 tahun sekali dengan tuan rumah yang bergiliran antar negara.
Itu pun tak sampai 1 juta penonton datang ke negara penyelenggara. Terakhir Olimpiade Rio “hanya” didatangi 500 ribu penonton.
Untuk diketahui, pada penyelenggaraan haji sebelum pandemi, seratus ribu polisi dan tentara dikerahkan untuk pengamanan selama prosesi wuquf. Dua kali lipat dari jumlah petugas keamanan di Olimpiade London.
Ribuan ambulans dan ratusan helikopter medis maupun militer disediakan. 550 CCTV terpasang khusus untuk area Arafah. Jutaan gallon air minum disiapkan secara gratis.
Apa yang membedakan haji dengan event-event kolosal dunia lainnya?
Satu jawabannya: Keberkahan. Berkah yang membuat helatan ini berlangsung aman nir hambatan, karena Allah yang menjaganya.
Allah tak akan menyia-nyiakan tamu yang diundangNya. Allah menjamu dengan sangat istimewa.
Posting Komentar untuk "Keberkahan Datang Karena Allah Menjaganya"