Karyawan Perempuan Tinggal di WC Kantor Sebagai Solusi Mengatasi Sewa Tempat Tinggal

Karyawan perempuan berusia 18 tahun di China, Yang, memilih untuk tinggal di toilet kantor sebagai solusi mengatasi kesulitan membayar sewa tempat tinggal. 

Media Duta,- Viral di media sosial cerita karyawan tinggal di toilet kantor agar bisa lebih hemat.

Karyawan berusia 18 tahun di China itu bernama Yang.

Yang tinggal di toilet kantor karena merasa penghasilannya terbatas, yakni 2.700 yuan (sekitar Rp 6,2 juta) per bulan.

Ia merasa penghasilannya itu tidak cukup untuk menutupi biaya hidup yang semakin tinggi.

ghhhhhhhhhhhh

Sewa tempat tinggal bisa mencapai 1.800 yuan (sekitar Rp 4,1 juta) per bulan, jumlah yang tidak bisa dipenuhi oleh Yang.

Sebagai alternatif, ia memilih tinggal di toilet kantor yang disediakan oleh bosnya, dengan biaya hanya 50 yuan (sekitar Rp 115.000) per bulan.

Ruangan tersebut memiliki ukuran sekitar enam meter persegi dan dilengkapi dengan dua bilik toilet serta wastafel.

Meskipun berfungsi sebagai ruang toilet bagi karyawan lainnya, Yang memanfaatkan ruangannya tersebut dengan membawa tempat tidur lipat, tirai, peralatan memasak, dan rak pakaian untuk membuatnya lebih nyaman.

Yang pun menjaga kebersihan ruangan itu dengan telaten, membersihkan toilet setiap hari.

Ia juga mengungkapkan bahwa meskipun toilet sering digunakan oleh orang lain, bau tidak mengganggu tiduran di ruangannya, yang tetap terjaga dari bau tak sedap.

 "Saya tidak pernah mengunci pintu. Sejauh ini, barang saya tidak pernah hilang," ujarnya, yang sudah tinggal di toilet kantor tersebut selama sebulan, sebagaimana dilaporkan oleh World of Buzz pada Minggu (6/4/2025.

Atasan Yang, Xu, menyadari tantangan yang dihadapi oleh anak buahnya.

Memahami kesulitan yang dialami Yang, Xu bahkan sempat menawarkan tempat tinggal sementara di rumahnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa Yang sempat mempertimbangkan untuk tinggal di ruang kantor yang tidak terpakai atau kamar seharga 400 yuan (sekitar Rp 920.000), tetapi akhirnya memilih tinggal di toilet kantor karena alasan keamanan dan kedekatannya dengan tempat kerja.

Xu berencana untuk memindahkan Yang ke ruang kantor yang baru direnovasi, sebagai bentuk dukungan atas perjuangan dan kemandirian Yang.

Sementara itu, sebelumnya seorang manajer HRD santai tilap uang perusahaan Rp 33 miliar.

Aksi itu ia lakukan selama delapan tahun.

Manajer HRD itu bekerja di Distrik Minhang, Shanghai, China.

Modus yang dilakukan manajer bernama Yang ini melibatkan 22 karyawan fiktif.

Karyawan fiktif itu dia pekerjakan dan menerima gaji bulanan yang sebenarnya masuk ke kantongnya sendiri.

Kasus ini pertama kali terungkap melalui publikasi "Buku Putih tentang Penuntutan Kejahatan Terkait Tugas oleh Personel Perusahaan dan Perusahaan di Distrik Minhang" yang diterbitkan pada tahun lalu dan menarik perhatian masyarakat luas di Tiongkok, melansir dari TribunTrends.

Sejak bergabung dengan sebuah perusahaan teknologi di Shanghai pada tahun 2014, Yang segera menyadari bahwa dia memiliki kendali penuh atas berbagai aspek manajemen karyawan.

Tidak ada sistem pengawasan yang cukup ketat untuk memeriksa pembayaran gaji, memberi Yang peluang untuk memanfaatkan celah ini demi keuntungan pribadinya.

 
Dari tahun 2014 hingga 2022, Yang menciptakan 22 karyawan palsu dengan menggunakan nama-nama umum seperti Xiao Sun, Xiao Li, dan lainnya.

Dengan membuat beberapa rekening bank untuk karyawan-karyawan ini, Yang berhasil menyalurkan gaji bulanan mereka ke rekening pribadinya.

Praktik ini berjalan lancar karena tidak ada yang curiga dengan karyawan-karyawan fiktif tersebut.

Penipuan Yang mulai terungkap ketika departemen keuangan perusahaan menemukan kejanggalan terkait seorang karyawan bernama "Xiao Sun".

Meskipun tercatat memiliki kehadiran sempurna selama setengah tahun, tidak ada seorang pun di perusahaan yang mengenal nama tersebut.

Penyelidikan lebih lanjut pun dimulai, yang akhirnya mengungkap seluruh skema penipuan Yang selama ini.

Setelah tertangkap, Yang mengaku telah meraup keuntungan sekitar Rp 33 miliar selama delapan tahun.

Meskipun ia telah mengembalikan sebagian uang yang dicuri, sebesar Rp 2,4 miliar dan keluarganya mengembalikan Rp 2,7 miliar jumlah tersebut masih jauh dari total yang telah ia curi. 

Akibat tindakan penipuan dan penggelapan ini, Yang dijatuhi hukuman penjara selama 10 tahun 2 bulan, dicabut hak politiknya selama satu tahun, dan juga didenda.

Kasus Yang mengungkap pentingnya mekanisme pengawasan yang ketat dalam pengelolaan keuangan perusahaan.

Tanpa sistem yang memadai, penyalahgunaan wewenang dapat terjadi dengan mudah, merugikan perusahaan dan merusak kepercayaan di lingkungan kerja.

Penegakan hukum yang tegas menjadi kunci untuk mencegah penipuan serupa di masa depan, serta pentingnya pendidikan bagi manajer dan karyawan untuk memahami konsekuensi hukum dari tindakan penipuan.( Ani Susanti)

Penulis: Ani Susanti mi bbug
Editor: Mujib Anwar
   
AA
KARYAWAN HIDUP HEMAT - Karyawan perempuan berusia 18 tahun di China, Yang, memilih untuk tinggal di toilet kantor sebagai solusi mengatasi kesulitan membayar sewa tempat tinggal. Penghasilan Yang diketahui 2.700 yuan (sekitar Rp 6,2 juta) per bulan.
KARYAWAN HIDUP HEMA

- Karyawan perempuan berusia 18 tahun di China, Yang, memilih untuk tinggal di toilet kantor sebagai solusi mengatasi kesulitan membayar sewa tempat tinggal. Penghasilan Yang diketahui 2.700 yuan (sekitar Rp 6,2 juta) per bulan.

Media Duta,- Viral di media sosial cerita karyawan tinggal di toilet kantor agar bisa lebih hemat.

Karyawan berusia 18 tahun di China itu bernama Yang.

Yang tinggal di toilet kantor karena merasa penghasilannya terbatas, yakni 2.700 yuan (sekitar Rp 6,2 juta) per bulan.

Ia merasa penghasilannya itu tidak cukup untuk menutupi biaya hidup yang semakin tinggi.

ghhhhhhhhhhhh

Sewa tempat tinggal bisa mencapai 1.800 yuan (sekitar Rp 4,1 juta) per bulan, jumlah yang tidak bisa dipenuhi oleh Yang.

Sebagai alternatif, ia memilih tinggal di toilet kantor yang disediakan oleh bosnya, dengan biaya hanya 50 yuan (sekitar Rp 115.000) per bulan.

Ruangan tersebut memiliki ukuran sekitar enam meter persegi dan dilengkapi dengan dua bilik toilet serta wastafel.

Meskipun berfungsi sebagai ruang toilet bagi karyawan lainnya, Yang memanfaatkan ruangannya tersebut dengan membawa tempat tidur lipat, tirai, peralatan memasak, dan rak pakaian untuk membuatnya lebih nyaman.

Yang pun menjaga kebersihan ruangan itu dengan telaten, membersihkan toilet setiap hari.

Ia juga mengungkapkan bahwa meskipun toilet sering digunakan oleh orang lain, bau tidak mengganggu tiduran di ruangannya, yang tetap terjaga dari bau tak sedap.

 "Saya tidak pernah mengunci pintu. Sejauh ini, barang saya tidak pernah hilang," ujarnya, yang sudah tinggal di toilet kantor tersebut selama sebulan, sebagaimana dilaporkan oleh World of Buzz pada Minggu (6/4/2025.

Atasan Yang, Xu, menyadari tantangan yang dihadapi oleh anak buahnya.

Memahami kesulitan yang dialami Yang, Xu bahkan sempat menawarkan tempat tinggal sementara di rumahnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa Yang sempat mempertimbangkan untuk tinggal di ruang kantor yang tidak terpakai atau kamar seharga 400 yuan (sekitar Rp 920.000), tetapi akhirnya memilih tinggal di toilet kantor karena alasan keamanan dan kedekatannya dengan tempat kerja.

Xu berencana untuk memindahkan Yang ke ruang kantor yang baru direnovasi, sebagai bentuk dukungan atas perjuangan dan kemandirian Yang.

Sementara itu, sebelumnya seorang manajer HRD santai tilap uang perusahaan Rp 33 miliar.

Aksi itu ia lakukan selama delapan tahun.

Manajer HRD itu bekerja di Distrik Minhang, Shanghai, China.

Modus yang dilakukan manajer bernama Yang ini melibatkan 22 karyawan fiktif.

Karyawan fiktif itu dia pekerjakan dan menerima gaji bulanan yang sebenarnya masuk ke kantongnya sendiri.

Kasus ini pertama kali terungkap melalui publikasi "Buku Putih tentang Penuntutan Kejahatan Terkait Tugas oleh Personel Perusahaan dan Perusahaan di Distrik Minhang" yang diterbitkan pada tahun lalu dan menarik perhatian masyarakat luas di Tiongkok, melansir dari TribunTrends.

Sejak bergabung dengan sebuah perusahaan teknologi di Shanghai pada tahun 2014, Yang segera menyadari bahwa dia memiliki kendali penuh atas berbagai aspek manajemen karyawan.

Tidak ada sistem pengawasan yang cukup ketat untuk memeriksa pembayaran gaji, memberi Yang peluang untuk memanfaatkan celah ini demi keuntungan pribadinya.

 
Dari tahun 2014 hingga 2022, Yang menciptakan 22 karyawan palsu dengan menggunakan nama-nama umum seperti Xiao Sun, Xiao Li, dan lainnya.

Dengan membuat beberapa rekening bank untuk karyawan-karyawan ini, Yang berhasil menyalurkan gaji bulanan mereka ke rekening pribadinya.

Praktik ini berjalan lancar karena tidak ada yang curiga dengan karyawan-karyawan fiktif tersebut.

Penipuan Yang mulai terungkap ketika departemen keuangan perusahaan menemukan kejanggalan terkait seorang karyawan bernama "Xiao Sun".

Meskipun tercatat memiliki kehadiran sempurna selama setengah tahun, tidak ada seorang pun di perusahaan yang mengenal nama tersebut.

Penyelidikan lebih lanjut pun dimulai, yang akhirnya mengungkap seluruh skema penipuan Yang selama ini.

Setelah tertangkap, Yang mengaku telah meraup keuntungan sekitar Rp 33 miliar selama delapan tahun.

Meskipun ia telah mengembalikan sebagian uang yang dicuri, sebesar Rp 2,4 miliar dan keluarganya mengembalikan Rp 2,7 miliar jumlah tersebut masih jauh dari total yang telah ia curi. 

Akibat tindakan penipuan dan penggelapan ini, Yang dijatuhi hukuman penjara selama 10 tahun 2 bulan, dicabut hak politiknya selama satu tahun, dan juga didenda.

Kasus Yang mengungkap pentingnya mekanisme pengawasan yang ketat dalam pengelolaan keuangan perusahaan.

Tanpa sistem yang memadai, penyalahgunaan wewenang dapat terjadi dengan mudah, merugikan perusahaan dan merusak kepercayaan di lingkungan kerja.

Penegakan hukum yang tegas menjadi kunci untuk mencegah penipuan serupa di masa depan, serta pentingnya pendidikan bagi manajer dan karyawan untuk memahami konsekuensi hukum dari tindakan penipuan.( Ani Susanti)

Posting Komentar untuk "Karyawan Perempuan Tinggal di WC Kantor Sebagai Solusi Mengatasi Sewa Tempat Tinggal"