Menkeu Purbaya, Saya Tidak Akan Menyetujui Pajak Baru Yang Hanya Menambah Derita Rakyat”

“Tambahan pajak lagi? Saya tidak akan tunduk!” Suara Purbaya menggema di ruang rapat, membuat semua kepala langsung terangkat.

Di ruang rapat yang tegang itu, beberapa anggota DPR datang membawa usulan barutambahan pajak yang akan langsung membebani rakyat.

Mereka bicara tentang “kebutuhan negara”, tentang “penyeimbangan anggaran”, tapi Purbaya hanya menatap mereka dengan sorot tajam yang tidak bisa disembunyikan.

Ketika salah satu anggota DPR mencoba meyakinkannya, Purbaya akhirnya membuka suara.

Dengan nada tenang namun tegas, ia berkata,

“Kalian meminta rakyat menanggung beban lagi, sementara perbaikan tata kelola saja belum selesai. Saya tidak akan menyetujui pajak baru yang hanya menambah derita mereka.”

Ruangan langsung hening.

Beberapa anggota DPR tampak gelisah, sebagian lainnya mencoba menyela, tapi Purbaya melanjutkan:

“Kalau negara butuh dana, benahi kebocoran dulu. Jangan jadikan rakyat pilihan terakhir, apalagi korban pertama.”

Pernyataan itu membuat suasana memanas—ada yang berdebat, ada yang menahan emosi.

Tapi satu hal jelas:

Sikap Purbaya hari itu bukan sekadar argumen teknis. Itu bentuk keberanian untuk berdiri di sisi rakyat, bahkan ketika ia harus menghadapi tekanan dari para pejabat pembuat kebijakan.

Dan untuk pertama kalinya dalam rapat itu… rakyat punya suara yang benar-benar dibela.(*)